Daftar Tokoh Pendidikan Sekaligus Pejuang Kemerdekaan Lulusan Kedokteran
Daftar Tokoh Pendidikan Sekaligus Pejuang Kemerdekaan Lulusan Kedokteran
Salah satu tokoh penting dalam perjuangan klik disini kemerdekaan Indonesia adalah Ki Hajar Dewantara, yang dianggap sebagai bapak pendidikan nasional.
Ki Hajar bukan satu-satunya tokoh pendidikan Indonesia yang terkenal. Banyak dari tokoh-tokoh tersebut sebelumnya telah menyelesaikan studi kedokteran.
Seberapa banyak orang yang dimaksud? Tokoh-tokoh pendidikan Indonesia yang mengambil kuliah kedokteran berikut dikutip dari situs web Kemdikbud dan RSUD Kertosono Nganjuk.
Professor Wahidin Soedirohusodo
Dokter Wahidin, lulusan School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) di Jakarta, senang bersosialisasi dengan orang awam. Ia juga terkenal karena mengobati orang tanpa biaya.
Orang-orang yang menderita, miskin, dan dilecehkan oleh penjajahan Belanda tahu pahlawan nasional ini. Dia berpendapat bahwa meningkatkan kecerdasan rakyat adalah salah satu cara untuk menghindari penjajahan.
Menurut detikX, dokter yang berasal dari Sleman, Yogyakarta ini telah berkeliling Jawa untuk menyebarkan gagasan untuk meningkatkan pendidikan jauh sebelum berdirinya organisasi Budi Utomo.
Sebagai hasil dari gagasan yang dia tinggalkan, banyak organisasi pemuda di Indonesia mendeklarasikan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
Professor Radjiman Wedyodiningrat
Dr. Radjiman adalah satu-satunya orang yang terlibat secara aktif dalam perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia sepanjang sejarah, dari awal Budi Utomo hingga pembentukan BPUPKI.
Dokter ini terkenal sangat rajin membaca risalah kemerdekaan dan sidang-sidang BPUPKI, termasuk pidato Bung Karno yang bersejarah pada 1 Juli 1945.
Tak hanya menjadi pejuang, Dr. Radjiman juga belajar dan mendapat gelar dokter pada usia 20 tahun dan Master of Art pada usia 24 tahun.
Radjiman memutuskan untuk menjadi dokter karena dia khawatir tentang penyakit pes yang melanda masyarakat Ngawi saat itu. Kemudian, untuk menyelamatkan generasi berikutnya, ia belajar ilmu kandungan secara khusus.
K.H. Dewantara
Bapak Pendidikan Indonesia adalah Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, juga dikenal sebagai Ki Hadjar Dewantara.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi juga menggunakan ajarannya sebagai jargon, yaitu tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarso sung tuladha (di belakang memberikan motivasi, di tengah menciptakan inspirasi, dan di depan memberi contoh).
Sekolah dasar Ki Hadjar adalah Europeesche Lagere School (ELS) di Belanda. Setelah lulus dari ELS pada tahun 1904, dia ditawarkan untuk menjadi mahasiswa di STOVIA, Sekolah Dokter Jawa di Jakarta.
Pada tahun 1905–1910, Ki Hadjar menerima pendidikan di STOVIA. Namun, ia tidak hadir di kelas karena sakit, dan beasiswanya pun dicabut. Ada rumor bahwa beasiswanya dicabut bukan karena dia sakit, tetapi karena alasan politik dari pemerintah Hindia-Belanda.
Sir Sutomo
Dr. Sutomo juga belajar di STOVIA Jakarta, seperti dr. Wahidin dan Ki Hadjar. Ia bergabung dengan rekan-rekannya di sana untuk membentuk organisasi Budi Utomo.
Dokter kelahiran Ngepeh, Jawa Timur, ini bekerja sebagai dokter di Semarang setelah lulus dari STOVIA pada tahun 1911. Setelah itu, ia ditugaskan di Tuban, Lubuk Pakam, dan