seojiwo September 13, 2024 0 Comments

Menciptakan dan memelihara budaya literasi di masa pandemi

Menciptakan dan memelihara budaya literasi di masa pandemi

COVID-19 telah membawa perubahan signifikan dalam kegiatan belajar mengajar. Lebih dari 1 miliar pelajar dan mahasiswa di seluruh dunia sangat membutuhkan perubahan mendasar dalam penerapan teknologi pendidikan mereka.

Institusi pendidikan harus rajin memikirkan kembali kegiatan pembelajaran di rumah untuk semua kelompok umur. Sisi positifnya, tekanan-tekanan yang dihadapi oleh individu, organisasi, dan masyarakat secara umum, dalam menghadapi pandemi dan krisis saat ini justru dapat mempercepat proses pencapaian Masyarakat Industri 4.0.

Saat ini, pendidikan bukan lagi soal transmisi pengetahuan secara eksplisit dari satu generasi ke generasi berikutnya. Berdasarkan Proyek Pendidikan click here dan Keterampilan Masa Depan OECD 2030. “Kita perlu memikirkan kembali standar pendidikan kita dengan kerangka kerja yang menggabungkan pengetahuan dengan keterampilan berpikir kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif. Hal ini tidak dapat dicapai hanya dengan beralih ke papan tulis virtual dari kursus online atau dari seminar tradisional di Zoominar, yang terus berkembang seperti jamur di musim hujan.

Kita perlu mengubah secara mendasar cara kita mempelajari dan mengajarkan keterampilan sains dan teknik saat ini, dari pembelajaran hafalan sepihak menjadi pembelajaran yang dipersonalisasi yang mengutamakan keterampilan pembelajaran mandiri dan berkelanjutan.

Peningkatan Kapasitas Keilmuan

Salah satu permasalahan mendasar dari meluasnya penyebaran COVID-19 adalah rendahnya kapasitas keilmuan di masyarakat. Beberapa bulan yang lalu, kebanyakan orang yang tidak mengetahui sains tidak terlalu tertarik pada perbedaan antara virus dan bakteri. antigen dan antibodi. DNA dan RNA. Bilangan linier dan eksponensial. Istilah-istilah ini tidak banyak mempunyai arti dalam kehidupan sosial kita sehari-hari. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini hampir semua hal yang berkaitan dengan Covid 19 berkaitan erat dengan istilah-istilah tersebut.

Karena masyarakat tidak memahami pentingnya bahasa ilmiah, mereka cenderung ceroboh dan acuh terhadap pendekatan pemberantasan virus corona. Di masa lalu, memahami terminologi biologi, medis, dan epidemiologi adalah pilihan bagi semua orang. Sementara itu, dalam krisis saat ini, langkah paling penting untuk mencegah dan mencegah penyebaran COVID-19 adalah pengetahuan tentang hal ini berarti pilihan antara hidup dan mati bagi diri sendiri dan orang lain.

Mengajarkan keterampilan sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM) untuk memperkuat literasi masyarakat, terutama jika kita ingin menghasilkan generasi yang siap menghadapi tantangan global yang tidak terduga. Itu berubah.

Tantangan penguatan literasi di masa pandemi

Namun, akan selalu ada hambatan dalam upaya mewujudkan perubahan, apalagi jika perubahan yang dilakukan bersifat radikal dan spontan. Dalam hal peralatan, hanya 34% masyarakat Indonesia yang memiliki komputer untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka, menurut data OECD.

Jika kita persempit lagi ke kisaran NTB, tentu angkanya semakin kecil. Jika nilai IPM Anda masih tertahan di angka 29, itu tandanya masih sulit dipertahankan. Tentunya mengingat laju pertumbuhan IPM pada tahun 2019 sebesar 1,25%, kami optimis nilai tersebut ke depan akan semakin baik, dan tentunya akan semakin meningkat di masa mendatang.

Leave a Comment