Opini: Hakikat Makna Pendidikan di Indonesia
Opini: Hakikat Makna Pendidikan di Indonesia
Oleh: Nandhy Prasetyo
“Napak tilas cerita sejarah dari jejak-jejak pendidikan nusantara sebagai gelaran refleksi dengan menghindar dari bias pengilhaman yang destruktif”.
Blueprint dari kalimat di atas memerlukan penegasan, ingat terjadi redefinisi bahkan juga reduksi arti pendidikan yang semakin semakin makin tambah meluas. Karena itu, penjabaran sepintas berkenaan inti pendidikan perlu didatangkan buat menghindar dari reifikasi arti yang telah berjalan dengan estafet ini. Pengetahuan kita saat ini berkaitan arti pendidikan bukanlah salah mengerti, tapi ada intisari signifikan yang kerap kali lepas atau dilalaikan. Apa yang lenyap dari intisari yang signifikan ini, pada gilirannya akan bawa masalah dasar pada pendidikan tersebut. Ada masalah dasar pada pendidikan karena sudah hilangkan elemen fundamental dari personalitas manusia yaitu nilai dan virtues.
Di sana akar reduksi arti pendidikan yang tetap kita wajarkan, hingga fetisisme akan manusia sendirinya musnah. Alasan yang kita kobarkan sejauh ini mengenai makin majunya pendidikan, malah sudah menenggelamkan dengan masal tujuan pendidikan lagi ke pengetahuan pendidikan pascarevolusi industri. Output pendidikan cuma difinalkan pada object yang jadi skrup-skrup kecil penyanggah mesin besar kapitalisme.
Aktivitas pendidikan diciutkan demikian bengisnya ke pengokohan faktor kognitif saja. kegamangan nilai ini ada karena kecondongan manusia diera globalisasi lebih memprioritaskan kekuatan akal dan memarginalkan peran beberapa nilai ilahiyah, mengakibatkan manusia kehilangan ruh kemanusiaan hingga hampa dari nilai religiusitas. Pengetahuan pemaknaan pendidikan yang begitu, cuma akan bawa justifikasi jika akar pendidikan Indonesia lahir dari dampak negara lain. Jika menghargai negara lain memang seharusnya, memfilter dan manfaatkan apa yang kiranya positif untuk kita, tapi bukan mengagungkannya dengan mentah.
Ketidaklengkapan mendeskripsikan arti pendidikan, bukanlah masalah sepele karena bisa berpengaruh pada melencengnya tujuan pendidikan kita. Mulyasa 2011 mengatakan rendahnya kualitas pendidikan nasional bukan hanya disebabkan karena kurang kuatnya pendidikan saat memperlengkapi kekuatan akademik ke pesertadidik, tetapi akibatnya karena minimnya penyadaran nilai dengan memiliki makna. Selanjutnya Dia memperjelas jika salah satunya pemicu rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia minimal disebabkan oleh ada perubahan intisari pendidikan ke edukasi.
Menurut dia arti pendidikan yang persyaratan dengan muatan beberapa nilai kepribadian berubah pada pemaknaan edukasi yang disamakan aktivitas transfer pengetahuan semata-mata.
Menegaskan opini di atas, Humad dan Sauri (2007) menjelaskan, kurang kuatnya pendidikan lebih disebabkan karena ada perselisihan antara tripusat pendidikan, yaitu keluarga, warga dan sekolah. Seperti arti pendidikan yang pas, karena itu tripusat pendidikan harus sama-sama berperan sesuai kandungan dan tupoksinya. Bisa diambil kesimpulan dari pengakuan Humad dan Suari, jika khalayak luas kita saat ini, menyaksikan pendidikan cuma jadi tanggung-jawab sekolah saja.
Hingga perfektif Mulyasa mengenai perubahan arti pendidikan ke edukasi, jadi argumen yang ideal. Karena Dia sanggup menyaksikan, jika warga memberikan validitas seutuhnya ke sekolah sebagai pusat pendidikan yang khusus. Lain daripada itu, akhirnya reduksi akan peranan sekolah cuma hanya pemrosesan ilmu pengetahuan saja, atau agen pentransferan pengetahuan.
Sebagai dasar untuk kita menyaksikan terjadi pengkrucutan inti pendidikan, lebih dulu kita bedakan arti pendidikan umum (general education) dan arti pendidikan liberal (liberal art). Inti pendidikan sebenarnya harus mewadai pendidikan visit here umum sekalian pendidikan liberal, dengan bersama. Disini saya beranggapan jika pengetahuan beberapa orang berkenaan tujuan pendidikan ialah capai inti pendidikan yang ditujukan, namun pada prakteknya lebih memprioritaskan hasil pendidikan liberal.